Zurmang Kagyud merupakan silsilah pokok tertinggi dalam silsilah Drupgyud Karma Kamtsang, yang dikenal sebagai Khadro Nyengyud (Nyen berarti bisikan, gyud berarti silsilah), yakni
Silsilah Pendengaran Dakini atau Silsilah Bisikan, dan Zurmang Kagyud adalah jantung dari Silsilah Karma Kagyud.
Telah terjalin hubungan yang amat khusus antara pimpinan Karma Kagyud (H.H. Karmapa) dengan pimpinan Zurmang Kagyud (H.E. Zurmang Gharwang Rinpoche), sejak lahirnya Trungmase. Hubungan yang khusus ini juga terlihat di Rumtek (vihara utama H.H. Karmapa XVI), dimana pada vihara itu terdapat 5 ruang khusus yang hanya diperuntukkan bagi 4 pemegang topi merah (H.E. Sharmapa Rinpoche, H.E. Tai Situpa Rinpoche, H.E. Jamgon Kongtrul Rinpoche, H.E. Gyaltsap Rinpoche) dan kamar yang kelima bagi H.E. Zurmang Gharwang Rinpoche).
Ajaran-ajaran Silsilah Bisikan pada mulanya diterima oleh seorang guru agung India yaitu Mahasidha Tilopa saat beliau pergi ke Uddiyana dan menerima ajaran-ajaran ini langsung dari Buddha Vajradhara dan Vajrayogini. Itu sebabnya ajaran-ajaran ini disebut sebagai Silsilah Pendengaran "Dakini" - Vajrayogini menjadi Dakini utama dan pasangan dari Cakrasamvara. Tilopa menerima transmisi ini langsung dari Dakini, bukan dari seorang guru berwujud manusia.
Naropa menerima ajaran-ajaran ini dari Tilopa dan kemudian meneruskan instruksi-instruksi lisan yang terdalam mengenai esensi Cakrasamvara dan Vajravarahi (Vajrayogini) kepada Marpa dan membatasi ajaran ini hanya kepada seorang pemegang silsilah saja selama tiga belas generasi. Suatu naskah suci yang tampaknya meringkaskan ajaran-ajaran yang diterima Marpa ini berjudul "Karnatantra-vajrapada", yang dikarang oleh Naropa. Milarepa menerima ajaran-ajaran ini dari Marpa dan menurunkannya kepada Gampopa yang kemudian meneruskannya kepada Dusum Khyenpa, Karmapa pertama. Hal ini berlangsung hingga kepada Trung Mase Lodro Rinchen, yang merupakan murid dari Karmapa ke-lima, Dezhin Shegpa.
Naropa menerima ajaran-ajaran ini dari Tilopa dan kemudian meneruskan instruksi-instruksi lisan yang terdalam mengenai esensi Cakrasamvara dan Vajravarahi (Vajrayogini) kepada Marpa dan membatasi ajaran ini hanya kepada seorang pemegang silsilah saja selama tiga belas generasi. Suatu naskah suci yang tampaknya meringkaskan ajaran-ajaran yang diterima Marpa ini berjudul "Karnatantra-vajrapada", yang dikarang oleh Naropa. Milarepa menerima ajaran-ajaran ini dari Marpa dan menurunkannya kepada Gampopa yang kemudian meneruskannya kepada Dusum Khyenpa, Karmapa pertama. Hal ini berlangsung hingga kepada Trung Mase Lodro Rinchen, yang merupakan murid dari Karmapa ke-lima, Dezhin Shegpa.
Trung Mase merupakan generasi ke-tiga belas dan dengan demikian menjadi guru pertama yang dapat meneruskan silsilah istimewa dari ajaran-ajaran Mahamudra ini kepada lebih dari seorang penerus Dharma. Hal ini sesuai dengan ramalan kuno dari Mahasidha Tilopa yang bertekad bahwa beliau sendiri akan kembali setelah ajaran-ajaran ini telah diteruskan kepada tiga belas pemegang silsilah secara turun temurun, untuk membabarkan ajaran-ajaran ini secara luas. Demikianlah, Trung Mase sesungguhnya adalah manifestasi dari Tilopa, sebagaimana diakui oleh Karmapa ke-lima.
Dengan mengikuti instruksi guruNya untuk memberi manfaat bagi makhluk samsara, Trung Mase ( H.E. Zurmang Gharwang Rinpoche I ) pergi ke Kham untuk mendirikan vihara di suatu tempat khusus yang merupakan pertemuan dua sungai besar sebelum mengalir secara teratur menuruni bukit, di mana tanah lokasinya menyerupai seekor kuda merah yang terbelah perutnya. Sesuai ramalan Dorje Narjolma, lokasi ini tepat merupakan tempat kediaman ucapan Cakrasamvara, dan secara berharga sangat diberkati oleh Yidam tersebut untuk memastikan keberhasilan latihan spiritual secara sempurna. Dalam satu kesempatan, menjelang pembangunan pusat retret di lokasi ini, saat Trung Mase bertanya di mana pengikutnya telah menempatkan torma untuk menenangkan para makhluk pelindung di daerah itu, jawabannya adalah di "tempat dengan banyak sudut" - demikian bagaimana asal mula munculnya nama Zurmang. Secara harfiah Zurmang berarti "banyak sudut". Trung Mase Lodro Rinchen kemudian menjadi pemimpin tertinggi Zurmang Kagyud.
Dengan mengikuti instruksi guruNya untuk memberi manfaat bagi makhluk samsara, Trung Mase ( H.E. Zurmang Gharwang Rinpoche I ) pergi ke Kham untuk mendirikan vihara di suatu tempat khusus yang merupakan pertemuan dua sungai besar sebelum mengalir secara teratur menuruni bukit, di mana tanah lokasinya menyerupai seekor kuda merah yang terbelah perutnya. Sesuai ramalan Dorje Narjolma, lokasi ini tepat merupakan tempat kediaman ucapan Cakrasamvara, dan secara berharga sangat diberkati oleh Yidam tersebut untuk memastikan keberhasilan latihan spiritual secara sempurna. Dalam satu kesempatan, menjelang pembangunan pusat retret di lokasi ini, saat Trung Mase bertanya di mana pengikutnya telah menempatkan torma untuk menenangkan para makhluk pelindung di daerah itu, jawabannya adalah di "tempat dengan banyak sudut" - demikian bagaimana asal mula munculnya nama Zurmang. Secara harfiah Zurmang berarti "banyak sudut". Trung Mase Lodro Rinchen kemudian menjadi pemimpin tertinggi Zurmang Kagyud.
update:
Video tentang zurang kagyud: http://zurmangkagyu.org/about-zurmang-kagyu/