Jika suatu ketika, mala kita putus, tidak boleh kita menyambungnya lagi lalu dipergunakan lagi. Hari berikutnya putus lagi, sambung lagi, pakai lagi dan seterusnya. Hal ini tidak boleh kita lakukan.Bila mala kita putus, segera ganti dengan tali yang baru.
Juga perlu disadari bahwa mala yang telah kita pergunakan untuk waktu cukup lama, pasti akan putus. Jadi bila tali mala kita putus, tak perlu takut atau khawatir. Tak perlu sangsi apakah ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang jelek akan terjadi padaku dan sebagainya. Kadang-kadang hal ini sering terjadi dengan kita. Tidak perlu pikir yang tidak-tidak, sesuatu yang dipergunakan dalam waktu yang lama akan rapuh termakan waktu.
Bila mala kita putus, dan kita ingin menggantikan dengan tali yang baru, kita tidak boleh memasangnya sambil bersiul, bernyanyi atau berbicara dengan yang lainnya, atau sambil menonton tv. Yang harus kita lakukan adalah, visualisaikan matahari dengan bija kata HUNG di tangan kanan kita dan bulan dengan bija kata AH di tangan kiri kita. Ini adalah merupakan symbol dari metode dan kebijaksanaan ( Fang Bian dan Zhi Huei). Kemudian pegang biji mala di tangan kiri dan benang atau tali di tangan kanan, kemudian kita lafalkan bija kata HUNG.. HUNG… HUNG setiap kita memasukkan satu biji mala ke talinya.
Apa makna mantra atau bija kata Hung itu? Menurut Sutra, Hung adalah bija kata yang akan menghancurkan penderitaan kita, melenyapkan semua pengaruh kekuatan negatif. Juga sebagaimana kita ketahui, samsara ini disimbolkan dengan satu kail (kaitan) dan itulah sebabnya kita berada disini. Karena sekali terkait, akan sangat susah sekali melepaskan diri, seperti ikan yang terpancing. Dan bija kata HUNG ini adalah bija kata yang dapat menghancurkan kail atau kaitan ini. Hung adalah mantra yang mengandung kekuatan yang sangat dahsyat. Dan hingga kita selesai memasang semua biji mala tersebut, jangan menerima panggilan telepon ataupun berbicara dengan orang lain. Kita juga bisa meminta seorang lama untuk membantu kita memasangkan mala tersebut.
Dan juga menurut samaya mala, mala juga harus selalu dipasangkan dengan vajra dan bell (Penjelasan Penerjemah: maksudnya counter yang ada vajra dan bellnya). Yang mana ini adalah merupakan symbol dari metode dan kebijaksanaan.
Ketika kita memiliki sebuah mala yang baru, maka pertama tama bersihkan dulu dengan air bunga saffron (bunga merah) kemudian kita berkahi mala tersebut.
Cara menberkahi mala:
Pertama tama kita pegang mala di kepala malanya dengan tangan kanan kita, lalu mala kita letakan ke tangan kiri kita dengan cara mengulungnya searah jarum jam menyerupai bentuk seekor ular kobra.
Perlu diketahui, donjen atau yang biasa kita sebut sebagai kepala malanya adalah merupakan lambang dari tubuh, ucapan dan pikiran Buddha atau deity, oleh sebab itu, bila menurut persyaratan maka kepala mala ini hendaknya terdiri dari tiga layer (lapis). Bagian paling atas harus berwarna biru, lapisan kedua merah dan lapisan dasar berwarna putih. Tapi biasanya tidak ada lagi mala yang dibuat sedemikian sesuai dengan persyaratan ini. Ini tidak masalah.
Tali atau benang dari mala itu adalah merupakan symbol atau lambang dari yidam / Buddha atau deity itu sendiri. Jadi misalnya pada saat kita menjalankan latihan Tara dan membaca mantra Tara, maka benang atau tali mala itu adalah simbol dari Tara itu sendiri, sedangkan biji-biji malanya itu adalah merupakan symbol dari para pengikut
Jadi letakkan mala ke tangan kiri dengan bentuk seekor ular kobra, kemudian bayangkan matahari dan bija kata Hung di tangan kanan dan bulan dengan bija kata AH di tangan kiri (maksudnya telapak tangannya). Kemudian bayangkan dari kesosongan tiba-tiba mala kita itu berubah menjadi yidam yang duduk di atas lapik matahari dan bulan. Dari pikiran, ucapan dan tubuh yidam memancar sinar ke tanah/negri suci deity tersebut dan mengundang tubuh kebijaksanaan dari yidam tersebut (mengundang yidam tersebut) hadir dan kemudian melebur ke mala kita dan saat itu mala kita berubah menjadi yidam tersebut (Red: misalnya kalau yidam yang tadi kita bayangkan Tara, maka berubah menjadi
OM RU TSI RA MA NETRA
Sesudah itu baca mantra berikut tiga atau tujuh kali sambil kita gosokkan mala kita dengan kedua telapak tangan kita
Dengan demikian maka mala kitapun telah diberkahi dan hendaknya kita lakukan setiap 2 minggu sekali atau minimal sebulan sekali.
Menurut manfaat yang dapat dipetik, jika mala kita berkahi, maka hasilnya akan lebih efektif, baik powernya maupun manfaat dari mantra kita. Jika kita mempergunakan mala yang telah terbekahi, bacaan mantra kita manfaatnya akan menjadi 100.000 X, jika tidak, maka hasilnya tetap sebanyak mantra yang kita bacakan.
Setelah diberkahi, lalu sekarang bagaimana cara kita mempergunakan mala secara benar?
Kita harus mempergunakan mala itu dengan tangan kiri kita, jangan menggunakan tangan kanan kita.
Menurut Sutra, posisi saat kita membaca mantra adalah:
- Saat kita menjalankan latihan deity cinta kasih, maka kita harus mendekatkan mala ke dada kita.
- Saat menjalankan latihan untuk tujuan deity peningkatan, posisi mala di pusar kita.
- Saat latihan untuk kekuatan, posisi mala di daerah rahasia kita.
- Waktu menjalankan latihan untuk deity berpenampakan garang, pakai mala di sekitar lutut kita.
Juga pada saat kita latihan, jari yang kita pergunakan untuk menggerakan biji mala adalah :
- Untuk latihan deity berpenampakan cinta kasih, kita pergunakan jempol dan jari telunjuk.
- Untuk latihan deity peningkatan, kita pergunakan jempol dan jari tengah kita.
- Untuk tujuan deity kekuatan, pergunakan jempol dan jari manis kita.
- Untuk deity berpenampakan garang, kita gunakan jempol dan jari kelingking kita.
Ini adalah cara mempergunakan mala yang benar. Tapi kita dapat mempergunakan jempol dan telunjuk kita yang kita dekatkan ke hati / dada kita, untuk menjalankan semua jenis latihan. Artinya posisi ini dapat kita pergunakan untuk menjalankan semua jenis latihan dengan semua jenis maksud dan tujuan latihan.
Menurut samaya mala, begitu kita memiliki mala dan memberkahi mala kita, maka mala tersebut harus kita bawa kemana pun kita pergi. Mala yang kita miliki ini tidak boleh ditunjukkan kepada orang lain. Yang sering terjadi di sini adalah, sering kita memamerkan mala kita, seperti misalnya, “eh lu lihat mala ku, bagus gak? Eh gimana mala mu? “ dan sebagainya. Ini adalah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Mala harus selalu berada sedekat mungkin dengan kita dan jaga kerahasiaannya, bila kita dapat melakukan hal ini, maka kita pasti akan memperoleh hasil dalam latihan kita.
Guru-guru pada zaman dulu sering sekali membawa sebuah tas besar dan mereka akan memasukkan tangannya ke dalam tas tersebut sehingga tidak akan ada yang tahu apa yang sedang mereka kerjakan, jadi mereka benar-benar menjaga agar orang lain tidak pernah tahu mereka lagi membaca mantra dengan malanya.
Mala kita juga tidak boleh dipegang atau disentuh orang lain, terutama yang telah melanggar samaya dengan guru kita. Mala juga tidak boleh dipinjamkan pada orang lain, atau dipakai secara bersama dengan orang lain. Mala kita tidak boleh disentuh oleh siapapun kecuali oleh kita sendiri dan oleh Guru kita untuk diberkahi..Mala juga harus dipakai untuk maksud yang setepat mungkin. Tidak boleh menggunakan mala untuk tujuan lain, seperti sebagai kalkulator atau alat bantu hitung.
Jadi mala hendaknya diberkahi, bila mala yang kita pakai tidak diberkahi, maka latihan kita tidak akan membawa hasil yang baik, latihan kita akan sia-sia. Oleh sebab itu, pastikan mala kita diberkahi, dan dengan demikian maka akan membawa hasil yang efektif.
Mala juga harus diberlakukan dengan hormat, seperti objek spiritual lainnnya, seperti Buku Dharma misalnya, kita tidak boleh meletakkan sesuatu apapun (yang bukan objek religi) di atasnya, seperti gelas dan sebagainya. Juga hindarkan melangkahinya dengan objek tersebut. (pen. Penerjemah: maksudnya bila kita letakkan buku Dharma atau mala di atas meja, maka saat kita mau minum misalnya, gelas yang kita angkat jangan melewati mala atau buku Dharma yang kita letak di atas meja tersebut). Seperti halnya Buku Dharma, mala adalah symbol dari sang Buddha, oleh sebab itu perlakukanlah seperti memperlakukan Buddha sendiri.
Jumlah mala adalah 100 biji dan yang 8 adalah ekstranya. Yang mana jumlah 8 biji ini adalah untuk menutupi mantra yang mungkin tidak kita lafalkan secara tepat.
Pada saat membaca mantra hingga selesai, hendaknya kita tidak boleh berbicara, tidak boleh angkat telepon, maka matikanlah telepon bila sedang menbaca mantra.
- Bila tanpa kita sadari pada saat kita sedang membaca mantra, dan kita berbicara, maka kita harus menambahkan 4 biji hitungan di bagian akhir.
- Bila batuk harus tambahkan 5 biji hitungan
- Bila menguap atau mengantuk maka harus tambahkan 3 biji hitungan
- Bila bersin, tambahkan 10 hitungan
- Bila meludah, maka harus ditambah 1 kali hitungan
Semua ini dijelaskan oleh Guru Padmasambhava sesuai dengan jalur peredaran energi (qi). Guru Padmasambhava adalah seorang Praktisi yang sangat tinggi, jadi Dia tahu Qi apa yang hilang dan terpengaruh saat kita bersin dan sebagainya. Oleh sebab itu, kita harus menambahkannya. Ibarat kita sedang bikin juice atau sirup, bila terlalu pekat maka kita harus tambah airnya supaya pas.
Itulah hal-hal yang perlu kita perhatikan dan jalankan. Bila kita hanya menjalankan latihan atau membaca mantra saja, tanpa memperhatikan hal-hal tersebut di atas, mak latihan kita tidak akan membawa hasil apapun. Kadang kala kita heran, kenapa setelah kita menjalankan latihan sekian lama, tapi tidak ada hasilnya, tidak tahu apa salahnya. Sehingga dalam diri kita mungkin timbul keraguan terhadap Buddha, Dharma dan Sangha. Sebenarnya hal ini tidak ada hubungan dengan Sang Tri Ratna, ini semua hanya disebabkan oleh ketidak-tahuan kita saja. Karena kita tidak mengikuti semua hal tersebut di atas, melanggar sila dan melanggar samaya. Inilah yang menyebabkan pembacaan mantra kita tidak ada efeknya.
Kali ini kita membahas penggunakan mala ini dan pada kesempatan lain kita akan membahas cara yang tepat membaca mantra, kecepatannya dan sebagainya.
Makanan yang kita makanpun ada pengaruhnya terhadap latihan kita. Menurut sutra yang membahas tentang mala ini di katakan, bahwa bila kita makan bawang putih, maka akan mempengaruhi 9 hari hasil pembacaan mantra kita. Bawang merah dan merica akan mempengaruhi 3 hari hasil pembacaan mantra. Makan lidah binatang akan mempengaruhi 21 hari hasil pembacaan mantra.
Dan bila kita makan daging atau minum alkohol yang tidak terlebih dulu diberkahi, maka akan mempengaruhi 5 hari pembacaan mantra. Oleh sebab itu, maka setiap kali kita akan memakan daging, bacakan mantra “OM AH BE RA KHYE TSA RE HUNG” (7X) kemudian kita hembuskan ke daging tersebut, sehingga dengan demikian binatang yang kita makan itu tidak akan lagi terlahirkan ke alam rendah dan diharapkan dapat terlahirkan di tanah suci Buddha Sukhawati misalnya.
Dalam kehidupan keseharian kita, akan sangat sulit sekali bagi kita untuk menghindari makanan yang tersebut di atas, tapi kita harus mengusahakan semaksimal mungkin untuk menghindarinya. Terutama bila kita dalam retreat, usahakan untuk menghindari makanan tersebut
Makanan yang disebut di atas, kendati memberikan pengaruhi pada latihan kita, namun itu bukanlah sesuatu yang serius. Yang lebih parah adalah berbohong. Bila kita berbohong, maka akan mempengaruhi/menghilangkan manfaat dari hasil latihan atau pembacaan mantra kita setidaknya untuk jangka waktu yang sangat panjang. Jika kebohongan kita itu adalah kebohongan yang serius, ini dapat berpengaruh seumur hidup. Mengadu domba. antara teman, maupun para guru, kemudian gossip, ini akan mempengaruhi hasil latihan kita secara permanent atau selamanya, minimal untuk jangka waktu yang sangat panjang sekali. Inilah hal-hal yang perlu kita hindari, bukan masalah makanan. Karena yang menjadi bagian yang terburuk adalah berbohong, gossip, serta mengadu domba.
Gosip adalah merupakan sumber permasalah kita. Bila kita dapat berhenti menggosip, maka 50% masalah kita akan hilang dengan sendirinya, tanpa perlu bantuan Rinpoche ataupun Buddha. Tak ada yang memperoleh manfaat dengan menggosip, semua pihak akan rugi. Oleh sebab itu, kapan saja bila mulut sudah mau menggosip, cepat cepat baca mantra! Hari ini kita gossip teman kita, besok kita gossip lama, kemudian Rinpochenya dan akhirnya kita akan menggosip Buddha. Kok Buddha cuma duduk diam begitu, emang gak perlu kerja!
Juga menurut sutra ini dikatakan, jangan sering menghembus, terutama menghembus api (jika kita ingin memadamkan api misalnya, kipas dengan alat atau tangan), hal ini akan melemahkan kekuatan hasil pelafalan mantra kita. Akan menghilangkan energi yang kita peroleh dengan pembacaan mantra kita. Mantra adalah suara yang mengandung kekuatan, jadi jika kita membaca mantra, kita bisa memperoleh kekuatan darinya. Dan jika kita sering menghembus, maka semua energi kita akan habis!
Jadi setiap pagi, bangun tidur, bersihkan diri, lalu ganti semua air/ mangkuk persembahan kita, nyalakan dupa dan kemudian namaskara 3 kali dan lalu baca mantra atau sadhana.
Ini semua adalah samaya yang berhubungan dengan mala. Ini adalah hal penting yang sering tidak kita perhatikan. Bisa jadi banyak Rinpoche yang beranggapan, anda semua sudah tahu hal ini, maka tidak pernah dibahas. Bila dulu kita masih belum mengikuti hal-hal tersebut di atas dengan alasan tidak tahu, maka sekarang anda sudah diberitahu, jadi pastikan anda mengikuti semua hal-hal tersebut diatas. Jika belum tahu, kita melanggar, masih ok, tapi kalau sudah dikasih tahu, maka sudah tidak boleh lagi di langgar. Jadi sekarang tidak boleh bilang tidak tahu lagi, tidak boleh bilang Rinpoche tidak pernah kasih tahu, sekarang sudah diberi tahu dan Buddha juga sudah merekamnya. Jadi usahakan sebisa mungkin untuk mengikuti semua ajarannya.
Ajaran Yang diturunkan oleh H. E Zurmang Gharwang Rinpoche XII di seluruh Pusat Dharma Zurmang Kagyud di Indonesia yang diterjemahkan dan ditulis ulang secara bebas oleh: Karma Thinley Norbu