Tashideleg. Sekarang kita akan membahas topik kedua yang sangat penting sekali yaitu bagaimana teknik melafal mantra yang benar dan bagaimana menvisualisasikannya. Dalam praktek Vajrayana, kita selalu melafal mantra, apakah itu mantra Tara, Padmasambhava dan sebagainya. Adapun alasan kenapa kita membaca mantra adalah, sebagaimana kita ketahui, mantra adalah kata yang mengandung kekuatan. Jadi jika kita melafalkan suatu mantra dengan penuh devosi, akan mampu memurnikan noda dari tubuh, ucapan dan pikiran kita, serta melindungi tubuh, ucapan dan pikiran kita dari halangan dalam, maupun halangan luar. Juga tujuan dari melafalkan mantra adalah untuk memurnikan/menyucikan kemelekatan kita akan ucapan, kata-kata umum berikut maknanya. Contohnya, pada saat kata "pohon" diucapkan, maka langsung terbayang dipikiran kita sebatang pohon, ok pohon ini, dan kita menyukainya. Kita telah memiliki kecenderungan demikian ini untuk waktu yang tak terhingga.Untuk menghilangkannya dan memperoleh berkah dari para deity, kita mentransformasikan ucapan-ucapan umum ini menjadi suara/kata-kata dari mahluk yang sudah mencapai Pencerahan, seperti Tara, Avalokitsevara. Kita juga akan memperoleh efeknya bila kita membacakan mantra.

Sewaktu kita membaca mantra, juga sama seperti saat kita sedang memanggil seseorang, (seperti misalnya saat kita memanggil Michael), maka orang tersebut akan menoleh ke kita. Demikian juga yang terjadi pada saat kita melafalkan mantra.

 

Berikut ada 2  hal yang perlu kita mengerti, yaitu deity yang kita undang hadir di langit-langit di hadapan kita, yang disebut "dunche" dan diri kita yang kita visualisasikan sebagai deity, yang kita sebut "dakche". Pada saat kita berbicara tentang deity, biasanya ada tiga point, yaitu

  1. Samaya Sato
  2. Parana Sato
  3. Samdhi Sato

 

Tapi pada umumnya kita hanya berbicara tentang dua, yaitu Samaya Sato dan Parana Sato.

 

Samaya Sato adalah diri kita sendiri. Maksudnya disini adalah kita tidak memandang tubuh, ucapan dan pikiran kita sebagaimana dari seorang manusia biasa, tapi kita memandang Tubuh. ucapan dan Badan jasmani kita sebagai Tubuh, Ucapan dan Pikiran dari Mahluk yang telah Mencapai Pencerahan, yang mana yang sudah tidak memiliki pandangan yang salah. Itulah sebabnya disebut Sato.

Samaya = Tidak melampaui

Sato = Tidak memiliki pandangan yang salah

 

Parana Sato adalah deity yang kita undang. Misalnya kita mengundang Tara, maka Tara adalah Parana Sato.

Parana = Mengenali Tubuh, Ucapan dan Pikiran kita sebagai Tubuh Ucapan dan Pikiran Mereka selamanya

Sato = Bebas dari pikiran dualistik.

 

Apa perbedaannya?

Samaya Sato adalah tubuh biasa kita / tubuh yang kita vusualisasikan sebagai deity

Parana Sato adalah tubuh dari 5 warna angin (qi) dan pikiran

Jadi pada saat kita menvisualisasikan Tara, tubuhnya yang dalam adalah kosong.

 

Kemudian visualisasi bija kata OM AH HUNG.

 

Bija kata OM ada di tengah (dari sebelah) dahi

Bija kata Ah di tengah tengorokan

Bija kata Hung di depan dada.

 

Bija kata deity, TAM misalnya Tara, di atas lapik bulan, kelihatan sangat halus, tajam jelas dan bersih. Perlu diperhatikan, hal ini semua sangat tergantung deity, ada yang bija kata nya di atas lapik matahari dan lapik bulan. Tapi kalau Tara, hanya di atas lapik bulan saja.

 

Misalnya Tara, Bija kata TAM berada dikelilingi oleh Mantra Tara yaitu Om Tare Tuttare Ture Soha (dalam tulisan Tibet) dengan susunan melingkar searah jarum jam. (kebanyakan deity wanita susunan mantranya akan melingkar searah jarum jam) jadi hanya dapat dibaca dari sebelah dalam. Dan pada saat mantra nya berputar, maka putarannya adalah berlawanan dengan arah jarum jam.

 

Sebaliknya, kebanyakan deity pria, susunan huruf mantra yang mengelilingi bija kata deity tersebut tersusun melingkar berlawanan dengan arah jarum jam dan mantranya menghadap keluar oleh sebab itu hanya dapat dibaca dari luar. Dan pada saat berputar, mantranya akan berputar searah jarum jam.

 

Jadi pada saat mantra mulai berputar, pertama-tama rangkaian Mantra tersebut melompat sedikit dari lapik bulannya, kemudian sinar lima warna memancar keluar dari bija kata utama. Kemudian Mantra dan suara mantra mulai berputar secara perlahan-lahan sekali, kemudian makin cepat dan makin cepat sampai berputar cepat sekali. Dan sinar memancar keluar dari mantranya.

 

Metode ini pada umumnya diterapkan pada latihan yidam / deity manapun. Ini adalah metode pada umumnya. Tetapi perlu diperhatikan, masing-masing tradisi, serta ada beberapa teks yang memiliki pembahasan tersendiri, jadi bisa jadi deity pria susunan mantranya searah jarum dan berputar berlawanan arah jam dan sebaliknya. Jadi tergantung teksnya. Ini hal yang sangat umum juga.

 

Jadi demikianlah cara kita menvisualisasi. Menurut teks ini, semakin anda dapat terfokus pada mantranya, adalah semakin baik. Bila tidak, maka latihan kita tidak akan efektif. Jadi tingkatkanlah visualisasi anda dan latihan yidam anda. Jika kita tidak dapat menvisualisasikan mantranya, cobalah tulis mantranya 100 x atau 1000 x.

 

Terdapat 3 cara latihan mantra:

 

  1. Gode = (tidak serius / mendalam). Yaitu pada saat menvisualisasikan mantra, pikiran secara total terfokus pada mantra dan berusaha untuk menahan udara (sedikit) 4 inch dibawah pusar sambil membaca mantra. Jadi kalau bisa, kita juga tahan sedikit nafas dibawah pusar saat kita bicara, berjalan dan kita akan dapat berjalan lebih cepat. Pada saat mantra berputar, sinar 5 warna keluar dari lubang hidung seperti benang dan menyentuh semua fenomena dunia luar, menyucikan semua pemunculan dari dunia luar, semuanya menjadi murni dan suci. Kemudian sinar kembali kepada kita dan melebur ke hati kita dan akhirnya mantra dan pikiran menjadi tak terpisahkan
  2. Yide = artinya baca dalam hati. Jadi pada saat baca mantra, kita tidak mengeluarkan suara. Jadi kita hanya konsentrasi pada mantranya (karena kita tidak mengeluarkan suara), hanya visualisasikan mantra dan suara dari mantra tersebut. Tulisan mantra itu ada suaranya, bukan hanya huruf / diagram semata-mata, sehingga pada saat mantra berputar, dia akan mengeluarkan suara. Jadi disini kita hanya berkonsentrasi pada mantra dan suara mantranya. Sebenarnya semua ini adalah bagian dari Samantha dan Vipassana
  3. Saat kita melafalkan mantra secara verbal, seperti yang biasa kita lakukan. Jadi menurut Sutra Ngamdo, pada saat kita melafalkan mantra, lafalkanlah secara tepat dan benar,  suara tidak boleh terlalu kencang (kuat), tidak boleh terlalu lemah, tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat, tidak boleh melafal dengan tenaga (suara seperti membentak) dan juga tidak boleh lafal sambil tertawa (seperti suara orang cengengesan). Kemudian pada saat melafalkan mantra, pronunciasion/pengucapannya harus akurat (cara baca dan bunyinya harus tepat dan akurat). Mantra haruslah dilafalkan secara jelas, setiap bunyi mantranya harus jelas dan tepat.

 

Jadi pada saat kita membaca mantra, fokuskan pikiran kita pada mantra dan deitynya. Misalnya saat kita membaca mantra Zambala, kita harus visualisasikan Zambala, bukan US Dollar. Pada saat membaca mantra pikiran kita harus terfokus pada Mantra dan deity, bukan hanya asal membaca aja atau bahkan sambil bicara, tidak boleh juga sambil menggerak-gerakan badan (senam), sambil menguap. Seperti yang sering kita lakukan sehari-hari, tangan menghitung tasbih / mala, tapi mulut berbicara dengan orang. Jangan lakukan hal ini.Hindari semua hal ini. Waktu baca mantra, fokus, konsentrasi dan penuh kesadaran. Seperti menurut Sutra, pada saat kita membaca mantra namun pikiran kita melayang, maka tidak peduli kita baca mantra untuk 1.000 tahun atau satu kalpa, maka tidak akan membawa perkembangan / kemajuan.

 

Pada saat membaca mantra, usahakan tangan kita dekat di hati, tapi bila capek, boleh rileks sejenak, tidak apa-apa, ini tidak salah. Dan juga menurut teks ini, dikatakan bahwa pada saat mau mulai, kita visualisasikan deity/diri sendiri adalah deity. Setelah kita bayangkan diri adalah deity, berikutnya yang paling penting adalah miliki dan pertahankan kebanggaan diri sebagai deity (Tara misalnya) dan kemudian baru baca mantranya. Dan pada saat membaca mantra, fokuskan pada mantranya. .Kemudian pada saat melafalkan mantra, sinar memancar keluar dari mantra dan sesudah 108 kali, rileks sedikit, kemudian kembali bayangkan deity lagi, lalu mantranya dan seterusnya.

 

Ini adalah penting sekali. Hanya membacakan mantra semata-mata untuk mencapai jumlah tertentu tidak akan membawa manfaat. Jadi walau hanya membaca 1 mantra yang dilakukan dengan terfokus akan jauh lebih bermanfaat. Bukan hanya membaca saja tanpa terfokus, itu hanya akan buat mulut capek saja. Inilah sebabnya kenapa banyak yang tidak banyak memperoleh manfaat apa-apa dari latihannya, karena tidak mengikuti semua metode tersebut di atas.

 

Dan bila kita membacakan mantra Tara misalnya (atau lainnya), ada deity yang memiliki pengiringnya. Dan untuk itu, bila membacakan mantra deitynya 108X, maka pengiringnya 10% darinya.

Contohnya saja:

Amitabha Buddha = 108 X

Avalokitesvara      = 10 X

Vajrapani               = 10 X

 

Pada saat menjalankan latihan Mantra, ada yang memiliki 6 sesi, yang paling banyak adalah 4 sesi, bisa jadi 2 atau 3 sesi. Semua ini sangat tergantung dengan kondisi anda. Seperti kita di sini, daerah panas, akan sangat mudah capek.

Inilah cara/ teknik kita membaca mantra.

 

Berikut adalah tahap Peleburan (Penyatuan)

Jadi setelah kita selesai membacakan mantranya, maka Dunche/Parana Sato, yaitu Buddha atau Deity yang kita undang itu kemudian melebur/menyatu ke patung atau thangka bila ada, tapi bila tidak memiliki patung atau thangka, maka Dunche tersebut kita persilahkan untuk kembali

Kemudian diri anda yaitu Samaya Sato melebur ke Parana Sato, tapi tidak meninggalkan tempat (perlu penjelasn lebih lanjut), jika hanya dakche, jangan tinggalkan tempat.

 

Kemudian semua lingkungannya melebur ke istana, istana melebur ke mantra, mantra  melebur ke bija kata TAM (Tara misalnya) bija kata TAM melebur ke bentuk bulan sabitnya dan melebur ke nanda (bulatan di atas Bija Kata TAM) dan nanda terakhir melebur ke universal. Semuanya menjadi kosong. Dalam teks tertentu, baca HUNG 3X dan semuanya melebur ke universal dan baca PHET 3X, saat itu juga kita menjadi TARA.

Kemudian semuanya berubah menjadi Tara. Semua yang kita lihat adalah Tara, suara yang kita dengar adalah suara Tara dan pikiran adalah kebijaksanaan Tara.

 

Tapi sekali lagi, semuanya sangat tergantung pada teks masing-masing. Ada yang demikian, ada yang tidak. Jadi kita pada saat menjalankan latihan harus mengacu pada acuan teks yang kita pakai saat itu.

 

Latihan akhir / konklusi

Setelah kita berubah menjadi deity, maka pertahankan kebanggaan tersebut, lalu semua pemunculan adalah deity. Semua suara adalah mantra dari deity dan semua bentuk pikiran adalah bentuk kebijaksanaan dari pikiran deity.

 

Menurut Khunchen Chenpo, adapun alasan kenapa kita menjalankan ke dua (2) tingkat jenis latihan (Tahap membangun/ Generation State dan Tahap Penyempurnaan) adalah:

karena pada latihan Tahap Membangun/Generation State (pada saat kita membangun/menjadikan semua fenomena adalah deity), ini akan melenyapkan kemelekatan pada objek umum. Kita melihat semuanya adalah khayalan, seperti fatamorgana, semuanya adalah deity. Bahkan semua ini kemudian melebur/menyatu ke universal. Inilah Accomplishement State (Tahap Penyempurnaan)

 

Ini adalah latihan paling dalam untuk dapat menyadari Dharmakaya pada saat menjelang kematian (mandarin : Ling Zhong). Jadi tidak perlu lagi masuk bardo, langsung melebur ke universal, kita tidak perlu melalui proses bardo dan kelahiran kembali.

 

Jadi lakukanlah latihan Yidam anda terus menerus hingga anda mendapat penglihatan, seperti Tara muncul dihadapan anda, datang padamu dan memberkahi anda. Itulah saatnya anda mencapai latihan anda, dan minimal mendapat mimpi yang baik. Kalau bisa, minimal lakukanlah retret, 1 tahun, 9 bulan, 6 bulan atau 3 bulan atau minimal selesaikan persyaratannya, contohnya Tara: untuk latihan Tara, minimal kita harus menyelesaikan 1.000.000,- (satu juta) pelafalan mantraNya. Tiap suku kata dari Mantra mewakili 100.000 X. Tapi semakin banyak anda melafalkannya, maka akan semakin baik. Yang paling penting adalah fokus dan kenali diri anda adalah Tara, jika hanya baca saja, tidak akan membawa manfaat apa-apa. Jadi lakukanlah latihan mantra dengan tepat dan benar.

 

Lalu bagaimana kita tahu keberhasilan dari latihan Yidam kita?

Menurut Urgyen Rinpoche, kita tahu keberhasilan latihan Yidam kita, bila kita merasa sangat gembira, tubuh fisik kita sangat rileks dan menyenangkan, pikiran kita sangat tenang dan damai, pikiran sangat jernih, ketertarikan akan duniawi makin berkurang, pengalaman/realisasi (Kesadaran) makin meningkat dari hari ke hari. dan juga mendapat penglihatan (bukan khayalan). Semua sifat jelek seperti kemelekatan, iri hati, kemarahan akan makin berkurang. Juga bila minat kita untuk berlatih makin meningkat (tidak ada yang menyuruh anda, anda tetap menjalankan latihan). Dan yang paling penting lagi adalah kita cenderung untuk tidak menyukai samsara, ini adalah tanda-tanda dari kemajuan. Bukan sebaliknya, makin berlatih makin banyak ngomong! Bila justru rasa iri, kebencian, keinginan kita makin meningkat, artinya anda tidak berlatih!

 

Jadi dengan demikian diharapkan minimal anda semua sudah tahu bagaimana cara berlatih. Kita harus menjalankan latihan. Tidak ada jalan lain.

 

Sewaktu anda akan tidur, lakukan hal ini, bila bisa sepanjang malam: Kepala menghadap ke Utara, Wajah menghadap ke Barat (arah Sukhawati) punggung menghadap Timur lalu kemudian baringlah di atas bahu kanan, kemudian tutuplah lubang hidung kanan dengan jari manis tangan kanan (nafas dari energi karma dan qi/udara jelek), biarkan nafas hanya melalui lubang hidung kiri (energi/udara/qi kebijaksanaan). Letakkan tangan kiri di atas badan kiri dan kedua kaki dijulurkan lurus (seperti Buddha Tidur).

 

Kemudian panjatkan aspirasi, "Saya mau terbangun pagi hari, Buddha berkahi saya agar saya dapat menyempurnakan latihan Yidam saya dan mencapai Dharmakaya dalam kehidupan ini."

 

Jika kita tidur dengan posisi terlentang, maka kemelekatan dan keinginan kita akan meningkat. Jika posisi tertelungkup, maka kebodohan (kegelapan bathin) kita akan meningkat. Bila tidur dengan posisi di atas bahu kiri, maka kemarahan akan meningkat. Jadi semua ini harus dihindari.

 

Kemudian pada saat terbangun, anda bukanlah dibangunkan oleh seseorang atau oleh bunyi alarm, tapi dibangunkan oleh semua Daka / Dakini yang turun dari Negeri suci, dengan Dharmaru, bel dan sebagainya. Kemudian anda terbangun dan keluar dari sinar benderang dan lalu ikuti semua latihan keseharian anda.

 

Jadi inilah pembahasan mengenai cara berlatih / Teknik Visualisasi. Bila anda berminat belajar lebih jauh, anda dipersilahkan untuk bertanya atau berdiskusi dengan residen Khenpo/ Lama yang ada di center kita. Semua Khenpo dan Lama yang kita jadikan sebagai Khenpo / Lama yang menetap di center manapun di Indonesia adalah Khenpo/Lama yang berkualitas. Mereka semua minimal sudah menyelesaikan retret 3 setengah tahun.