Zurmang Gharwang XII – Cho Kyong Tenpa Namgyal
Gharwang Rinpoche yang sekarang adalah inkarnasi ke 12 yang tidak terputus dari garis keturunan Zurmang Gharwang. Beliau dilahirkan di keluarga kerajaan di Gangtok, Sikkim – India, pada tanggal 30 Juni 1965.
Sebelum kelahirannya, Gyalwa Karmapa XVI sering kali mengatakan kepada para pengikutnya bahwa tak lama lagi Zurmang Gharwang XII akan lahir.
Tak lama kemudian, Yang Mulia menghadiri suatu pertunjukan drama tradisional Tibet di ruangan utama di monastri Rumtek, yang mana pada saat itu hadir pula sepasang suami istri yang kelak akan menjadi orang tua dari Zurmang Gharwang Tulku XII.
Pada saat itu sekretaris jendral Dumchok Yondu menyerahkan seperangkat perhiasan kepada Yang Mulia Gyalwa Karmapa, namun ia tidak mau menerimanya. Beliau malah meminta agar perhiasan itu diberikan kepada Gharwang Tulku XII. Sambil berkata demikian, ia menunjuk dengan jarinya kepada calon ibu Zurmang Gharwang, yang amat terkejut saat itu.
Beberapa bulan kemudian, Putri kerajaan ini melahirkan seorang putra dikediamannya di Gangtok. Bahkan sebelum berita kelahiran ini sampai di Rumtek yang berada 24 km dari Gangtok, Yang Mulia Karmapa sudah mengirim kabar melalui Saljay Rinpoche selaku utusannya dan membawa sejumlah hadiah dan surat yang menyatakan bahwa Yang Mulia Karmapa memberi berkat untuk bayi yang baru dilahirkan ini.
Yang sangat mengherankan terjadi tatkala pada saat kelahiran inkarnasi ini, sang ibu dari Gharwang XI (inkarnasi Gharwang sebelumnya) secara tiba-tiba menjadi sangat bahagia dan memberi tahukan kepada para pelayannya bahwa “Rinpoche telah kembali Ia terlahir di negara yang penuh kehangatan dimana buah-buahan dan bunga-bunga tumbuh dengan berlimpah, dan di tengah-tengah kicauan para burung”. Gambarannya mengenai daerah kelahiran inkarnasi baru ini sangat tepat dengan kondisi yang ada di Sikkim.
Zurmang Gharwang XII tidak mengulang kelahirannya di keluarga terhormat, Trateng ini, tanpa suatu alasan. Karena pada saat Gyalwa Karmapa XVI meninggalkan Tibet, keluarga kerajaan yang diketuai oleh Chogyal, Tashi Namgyal, teringat akan hubungan akrab yang terjadi antara para Chogyal sebelumnya dengan garis keturunan inkarnasi Karmapa, dan juga telah menawarkan banyak sekali pilihan kepada Yang Mulia Karmapa untuk mendirikan lokasi komunitas spiritualnya.
Oleh karena itu, Rumtek kemudian dipilih sebagai lokasi yang sangat cocok sebagai tempat kedudukan baru untuk Karmapa, adalah suatu fakta bahwa monastri Kagyudpa pernah didirikan di tanah itu pada masa Gyalwa Karmapa IX (Wangchok Dorje). Lagipula, keadaan sekeliling daerah yang dipilih ini memiliki banyak pertanda yang menguntungkan.
Sebelum konstruksi bangunan dimulai pada tahun 1962, yaitu 3 tahun sebelum kelahiran Gharwang Tulku yang sekarang ini, ayah Gharwang (Kazi Sonam Gyatso) dan paman Gharwang (Kazi Sherab Gyaltshen) yang walaupun merupakan salah satu dari anggota terhormat kerajaan, juga ikut serta membantu membangun monastri ini di tengah hawa panas terik udara dingin.
Sebenarnya, hubungan yang terjadi antara ayah beliau (Kazi Sonam Gyatso) dan Gyalwa Karmapa XVI dapat dikilas balikkan pada tahun 1959, dimana Chogyal XI menugaskan dia untuk menjadi pendamping dan penerjemah pribadi dari Yang Mulia selama kunjungan pertamanya ke Sikkim. Sama halnya, almarhum ibu Gharwang XII ini juga merupakan salah seorang penyumbang dana bagi Sangha di Rumtek.
Pada tahun 1976, setelah melewati usia 11 tahun, Gharwang XII dinobatkan diatas Tahta Singa sebagai Zurmang Gharwang XII. Upacara ini mengambil tempat di balairung utama di gedung pusat Dharma Chakra dengan dihadiri oleh Yang Mulia Gyalwa Karmapa XVI. Selain itu juga dihadiri oleh banyak inkarnasi Tulku, para bhiksu dan juga para pejabat terkemuka setempat. Ratusan pengunjung dan para umat datang dari tempat jauh untuk menyaksikan peristiwa bahagia ini.
Pada saat upacara dilaksanakan, Yang Mulia memberikan serangkaian nama pribadi kepada Gharwang XII : “Karma Gharwang Chokyong Tenpa Namgyal Thinley Kunkhyab Pal Zangpo” yang berarti: “Pelindung Buddha Dharma yang Penuh Kemenangan yang dibekali dengan kualitas terbaik dan memiliki aktivitas yang luar biasa dan menyeluruh”.
Dengan tambahan, Yang Mulia juga menyatakan perkiraan pembangunan monastri Zurmang Kagyud di luar Tibet yang akan menjadi salah satu pusat pendidikan, pelatihan dan pengajaran Buddha Dharma yang sangat penting.
Beberapa tahun setelah penobatannya, Gharwang menerima banyak sekali inisiasi, transmisi ajaran, serta instruksi-instruksi lisan yang diberikan langsung dari guru utamanya: Gyalwa Karmapa XVI.
Sepeninggal dari Yang Mulia Gyalwa Karmapa XVI, antara tahun 1981 – 1991, Gharwang XII belajar di institut Buddhist Nalanda, dan meraih nilai akademis yang sangat mengagumkan. Ia kerapkali memperlihatkan kepandaiannya dalam bidang keagamaan dan filosofi, dan lulus sebagai murid teladan pada tahun 1991.
Beberapa pendidik utamanya adalah : Kalu Rinpoche (alm.), Kagyud Regent (alm.), Jamgon Kontrul dan Tulku Urgyen (alm.). Ia juga menerima banyak ajaran-ajaran penting yang diajarkan secara turun temurun, yang diberikan oleh para guru besar Kagyud, yaitu Yang Mulia Sharmapa, Situpa dan Gyaltsapa. Sebagai tambahan, ia juga diberi pengajaran oleh para cendekiawan agama Buddha yang ternama, seperti Khenchen Trangu Rinpoche, Khenchen Tsultrim Gyamtso serta Khenchen Chodak Tenphel.
Mengikuti motivasi yang sangat tinggi dari Bodhisattva yang telah dihayatinya selama berkalpa-kalpa yang lalu, Gharwang Rinpoche XII memulai tugas mengajarnya semasa masih berstatus sebagai murid di institut Nalanda. Sejak tahun 1987, ia telah banyak memberikan pengajaran ke banyak pusat Dharma di dunia, antara lain di Eropa, Amerika, serta Asia. Ia juga pendiri pusat Dharma Kagyudpa yang pertama di Jakarta (1996).
Melalui kekuatan welas asih tanpa batas, dan hubungan baik yang terjadi dengan para mahluk yang tak terhitung banyaknya, Gharwang XII memenuhi harapan para pengikutnya dalam 3 kesempatan berbeda di 3 negara, dengan mengadakan puja Vajrasattva dan Inisiasi dalam hubungannya dengan upacara Mendrub (upacara ritual aliran Tantra dalam rangka pembuatan obat Dharma bagi penyembuhan).
Upacara yang besar ini pertama kali diselenggarakan di Singapura pada tahun 1989, dilanjutkan tak lama kemudian di Taiwan pada tahun 1990 yang mana kegiatan ini membawa banyak keuntungan dan kebahagiaan bagi semua mahluk.
Pada bulan Agustus 1991, Gharwang Rinpoche XII kembali untuk yang pertama kalinya ke kediaman sejatinya di Zurmang dan menerima banyak sambutan dari para pengikutnya yang sangat bahagia. Pada kesempatan yang sangat mengesankan dan mengharukan ini, Gharwang XII banyak sekali memberikan berbagai macam hadiah yang sangat berharga kepada penduduk di Gingham. Diantaranya adalah sebuah patung Buddha dilapisi emas setinggi 15 kaki, sebuah roda Dharma terbuat dari emas diapit dengan 2 menjangan dengan posisi seperti sedang mendengarkan Dharma, dan juga sebuah Khengere (benda yang berbentuk seperti lonceng, melambangkan kemajuan dari Dharma) yang secara tradisi diletakkan diatas atap monastri.
Lebih dari itu, ia juga memberikan inisiasi kepada lebih dari 30.000 pengikut Buddha, yang diantaranya terdapat banyak sekali inkarnasi Tulku, para bhiksu dan juga umat biasa. Ribuan umat datang untuk meminta perlindungan kepadanya, dan beliaupun melimpahkan berkatnya kepada semua orang yang menyambutnya. Banyak juga para pengikutnya yang sudah sangat tua dan pernah menyaksikan sendiri inkarnasi sebelumnya, menitikkan air mata bahagia, terkenang atas masa lampau dan bahagia demi menghadapi inkarnasi sekarang ini, yang sudah berusia hampir 43 tahun.
Pada kunjungan beliau yang singkat ke Tibet, Gharwang XII mendengarkan dengan seksama semua permintaan dari para pengikutnya, dan berusaha untuk memenuhi semua pengharapan duniawi yang diminta dari padanya. Secara aktif beliau turut membantu dan memberikan banyak sumbangan dna untuk usaha sosial yang ada di wilayah itu.
Pada tahun yang sama, Gharwang XII mempunyai ilham untuk mendirikan Yayasan Buddhist Zurmang Kagyud, dengan tujuan utama untuk dapat merealisasikan tujuannya agar terdapat lebih banyak lagi masyarakat yang penuh kebajikan yang didasari dengan semangat Buddhisme. Dan pada akhirnya, ia banyak sekali mendirikan proyek untuk komunitas, seperti pembangunan jalan, pendirian sekolah, pemberian bantuan kesehatan, rumah anak yatim piatu, serta rumah para orang jompo.
Sebagai seorang Boddhisattva secara keseluruhan, Gharwang XII berjuang keras untuk memenuhi semua permintaan yang berbeda dari semua orang, terutama bagi masyarakat yang serba kekurangan, yang menderita sakit dan orang miskin. Ini keinginan yang tulus dari hati Gharwang Rinpoche XII, agar melalui pengajaran dan praktek maitri dan karuna, ia dapat membangkitkan dn mengembangkan keinginan baik semua umat manusia untuk menciptakan kedamaian dan kebahagiaan bagi semua mahluk.