Zurmang Gharwang VII – Cho Kyong Namgyal
Penitisan Zurmang Gharwang VII dikenal dengan nama Cho Kyong Namgyal. Selama masa kehamilannya, ibu dari Gharwang VII ini seringkali mendengar bunyi gema yang terus menerus menyerupai suara tiupan dari sangkakala yang menyambut kedatangan suatu makhluk agung. Pada tradisi Tibet, tiupan sangkakala ini melambangkan perkembangan Dharma dan menifestasi dari kegiatan Buddha yang tak terhitung banyaknya.
Banyak pertanda ajaib terjadi pada saat kelahiran beliau. Yang membuat sang ibu heran adalah bayi ini dilahirkan dengan tangan membentuk Mudra, seakan-akan ia sedang melambangkan dewa-dewa kebijaksanaan. Tidak lama setelah ia keluar dari rahim ibunya, anak ini kemudian duduk bersila dalam posisi Vajra dan dapat berbicara dengan cakap seperti layaknya orang dewasa. Sementara itu langit dipenuhi dengan bunyi guntur yang menggelegar.
Ada satu keajaiban lagi terjadi pada waktu Gharwang VII kecil ini berusia 4 tahun. Pada suatu hari pada saat ia sedang bermain dengan teman-teman yang sebaya dengannya, tiba-tiba mereka meninggalkannya sendirian tanpa alasan yang jelas. Ia kemudian menghentakkan kakinya diatas tanah untuk menyatakan kekesalannya, dan ternyata jejak kakinya itu tertanam di tanah dan tidak dapat dihapus.
Secara kebetulan, Yang Mulia Gyalwa Karmapa IX sedang melewati daerah ini, dan orang tua dari Gharwang VII mengambil kesempatan ini untuk bertemu dan menanyakan mengenai kelakuan aneh dari anak mereka. Kemudian mereka diberikan banyak sekali benang pelindung dan dianjurkan untuk pergi menemui Chetsang Tulku, yang tengah bertugas mengawasi Zurmang yang kala kedudukan Zurmang Gharwang sedang mengalami kekosongan.
Setahun kemudian, ketika anak ini dipertemukan dengan kedua Tulku dari Zurmang yang bernama Chetsang dan Lopon Dorje, dengan penuh ketenangan Tulku Gharwang muda ini menyuruh seorang pelayannya untuk mengambil sebuah daimaru dan kemudian membuat heran para pengunjung dengan mempertontonkan seluruh ritual dari tarian Zurmang Cakrasamvara tanpa salah sedikitpun juga. Dengan demonstrasi yang luar biasa ini, ia membuktikan bahwa tidak dapat diragukan lagi, ia lah yang merupakan inkarnasi sebenarnya dari Zurmang Gharwang.
Zurmang Gharwang VII ini hanya memperhatikan pelajaran, meditasi dan ajaran, serta menjunjung tinggi tradisi Ajaran Lisan dari para Karmapa. Ia mempelajari segala sesuatu dengan cepat, diaman ia tumbuh menjadi salah satu dari guru/pendidik utama dari Gyalwa Karmapa X.
Sangat menarik untuk diketahui, bahwa sejak dari hari pertama, Zurmang Gharwang I (Trung Mase) menjadi murid dari Gyalwa Karmapa V, banyak sekali tanda luar biasa yang menunjukkan adanya ikatan diantara mereka. Ikatan yang kuat dan erat yang terjalin selama berabad-abad, membuat kedua inkarnasi yang tak terputus ini terjalin dengan erat menembus ruang dan waktu.
Zurmang Gharwang VII memasuki mahaparinibbana pada usia 53 tahun. Pada saat wafatnya, banyak sekali terjadi keajaiban, misalnya: banyak sekali pelangi terbentang diatas bangunan Zurmang, pada saat upacara kremasi, api pembakaran menyala dengan sendirinya, serta banyak sekali ditemukan relik-relik dari sisa pembakaran di tumpukan abunya.