Sebelum Buddha Sakyamuni Parinirvana, pada suatu ketika, saat beliau membabarkan Dharma di Vidarbha, Sang Buddha memprediksikan akan ada lima guru besar yang menyebarkan Dharma yang mendalam di India. Kelima guru besar tersebut adalah : Manjushri, Avalokitesvara (Chenrezig), Saraha, Nagarjuna, dan Shawari. Ajaran-ajaran mendalam dari kelima guru besar tersebut saat ini dikenal dengan tradisi Kagyud, yang telah diturunkan baik melalui transmisi panjang maupun singkat dari silsilah di India, kepada Marpa, sang penerjemah dari Tibet.
Bagaikan untaian tasbih yang saling berkait satu sama lain tanpa hubungan terputus, garis silsilah Kagyud juga telah diturunkan melalui deretan panjang para guru ke murid-muridnya yang tak terputus. Suatu barisan panjang dari para guru India mulai dari Mahasidha Tilopa, Naropa, diteruskan pada Marpa sang penerjemah dari Tibet, kemudian Milarepa, seorang Yogi/pertapa Agung yang tak terkalahkan, Gampopa, dan akhirnya Karmapa pertama Dusum Kyenpa, garis silsilah ini berhasil diturunkan pada guru-guru Tibet, dan mereka juga telah mencapai pencerahan melalui praktek-praktek tradisi Kagyud, dan hal ini telah berkesinambungan tak terputus sampai dengan hari ini.
Ajaran-ajaran Kagyud yang memadukan jalan Buddhisme Hinayana, Mahayana, dan Vajrayana bisa membawa realisasi kesadaran bagi yang menjalankannya dengan sungguh-sungguh pada satu masa kehidupan. Dalam ajaran Kagyud dikenal meditasi yang akan berbuah pencerahan diri dengan nama Mahamudra atau the great seal. Praktek enam Yoga Naropa dan penyelesaian meditasi total didalam reteat 3 tahun, 3 bulan dan 3 hari, yang biasanya juga disertai dengan sekolah tinggi Buddha Dharma pada fakultas-fakultas vihara (Shedras), semua ini merupakan latihan-latihan inti dari garis silsilah Kagyud.
Melalui garis silsilah Tibet penganut Gampopa, aturan kebhikuan, Vinaya dan latihan pikiran Kadampa sejak awal diperkenalkan kepada aliran utama garis silsilah Kagyud, belakangan pengajaran Dzogchen (Nyingma), pandangan Shengton, penggunaan terma, dan ajaran-ajaran garis keturunan Shangpa Kagyud yang dikenal saat ini adalah Bokar Rinpoche. Demikian juga yang mulia Chetsang Rinpoche dikenal dari garis silsilah Drikung dan Gyalwang Drukpa XII dari garis silsilah Drukpa.
Yang mulia tertinggi dari garis silsilah Kagyud, yang pengaruhnya berkembang terus saat ini adalah Gyalwa Karmapa XVII, Ogyen Trinley Dorje. Garis silsilah Kagyud telah dipimpin para Gyalwa Karmapa selama berabad-abad. Karmapa pertama Dusum Kyenpa meruapakan salah satu murid terbaik Gampopa, dan sampai saat ini Karmapa menjadi salah satu pemimpin Buddha yang terkemuda di Tibet, paling bijaksana dan welas asih. Karmapa dipandang sebagi teladan hidup dari pencerahan para Buddha, beliau merupakan perwujudan Boddhisatva welas asih dan yang dikenal dengan nama Avalokitesvara, Chenrezig ataupun Kwan Im.
Reinkarnasi yang tidak terputus dari Gyalwa Karmapa berlanjut dari Gyalwa Karmapa I (Dusum Kyenpa) hingga Gyalwa Karmapa XVII (Ogyen Trinley Dorje). Pada abad ke-14, yaitu pada era Gyalwa Karmapa V (Deshing Shegpa) pada tahun 1384-1425, lahir seorang pelindung mulia yang bernama Trung Mase di Minyak, daerah Kham sebelah Timur. Trung Mase inilah yang kemudian dikenal sebagai Zurmang Gharwang I, pemegang tradisi Zurmang Kagyud, yang berlanjut terus hingga saat ini, dan reinkarnasinya sekarang dikenal sebagai Zurmang Gharwang XII (Cho Kyong Tenpa Namgyal).
Pada saat Trung Mase meminta berkat dari Gyalwa Karmapa V, Yang Maha Suci Karmapa tiba-tiba mengulangi kembali ramalan tua dari guru besar India, Mahasiddha Tilopa, mengenai sebuah janji bahwa 13 generasi setelah Tilopa menerima ajaran yang diberikan langsung oleh Buddha Vajradhara, beliau akan kembali lagi melalui kelahiran agung. Gyalwa Karmapa mengenali Trung Mase sebagai reinkarnasi dari Tilopa, dan kemudian Trung Mase menjadi murid Gyalwa Karmapa V yang memiliki kesadaran spiritual tertinggi. Inilah awal dari garis silsilah Zurmang Kagyud.