Y.M. Gyalwa Karmapa I – Dusum Khyenpa (1110 – 1193)
Dusum Khyenpa lahir di Tray Shu, daerah Do Kham, Tibet timur. Karmapa kadang-kadang disebut Lama Tsurphula atau Useyla. Sejak masa kanak-kanak Karmapa belajar Dharma dengan ayahnya yang juga adalah seorang praktisi Dharma/Yogi. Beliau sejak kecil telah tertarik dengan ajaran-ajaran Sang Buddha, juga sangat tekun mempelajarinya. Secara rutin beliau mempelajari banyak hal dan dari banyak guru-guru besar antara lain: Sutra Mahayana yang ditulis oleh Filsafat terkemuka Asanga, tentang pelatiah yogacara dari Chapa Cho Kyi Senge.
Pada waktu yang bersamaan Dusum Khyenpa kecil juga mempelajari teks-teks Madhyamika Nagarjuna dan Candrakirti dari Lotsawa Patsap Nyima Drak.. Sebagai tambahan, ia juga mempelajari berbagai teknik Tantra, tradisi Kadampa dari Geshe Shawarapa. Ketika beliau berumur 20 tahun, Dusum Khyenpa ditahbiskan sebagai bhiksu oleh kepala vihara Mal Duldzin dan konsentrasi mempelajari teks Vinaya dan manjalankannya dengan baik.Ketika berumur 30 tahun, Karmapa I (Dusum Khyenpa) bertemu dengan mahaguru Gampopa dan menerima ajaran Dharma Kagyud darinya. Pada awalnya Gampopa melatihnya dalam tradisi Kadampa yang berkonsentrasi pada pikiran dan disiplin, lalu dilanjutkan dengan latihan pendahuluan (Lam Rim) yang berkonsentrasi pada purifikasi dan meningkatkan devosi pada guru. Kemudian latihan Dusum Khyenpa berkembang maju dnegan mempelajari filsafat dari sutra-sutra.
Ketika Gampopa menurunkan transmisi Hevajra padanya, Dusum Kyenpa melihat tubuh gurunya berubah menjadi tubuh Hevajra yang bersinar terang. Beliau melatih mediatasi ketenangan (Samatha Bhavana) dan diteruskan dengan meditasi pendangan terang yang luas dan dalam (Vipassana) selama lebih dari 3 tahun dalam retret. Setelah itu pandangan Vipassananya ibarat “Sinar Matahari menyingkirkan Awan gelap”. Gurunya, Gampopa, mengatakan bahwa ia telah berhasil memutuskan keterikatan dengan phenomena kehidupannya, dan sekarang tidak akan kembali ke samsara lagi. Kemudian Dusum Khyenpa juga diberikan transmisi ajaran Mahamudra dan melatih symbolik Deity Vajrayogini.
Dusum Khyenpa menerima transmisi ajaran Kagyu tertentu dari Rechungpa seperti Enam Praktek Yoga Naropa, dan hanya dalam waktu 9 hari Dusum Khyenpa telah berhasil menguasai semuanya, sedangkan Mahasiddha Naropa sendiri memerlukan waktu 12 tahun untuk belajar dari Tilopa. Kemudian beliau menyelesaikan latihan tersebut dalam retret meditasinya selama lebih dari 12 tahun. Dusum Khyenpa memiliki kekuatan supra natural, seperti kemampuan untuk mengunjungi situs-situs suci Buddha di India dan tanah suci Guru Rinpoche, dimana ia bisa menerima langsung transmisi ajaran dari para Dakini.
Setelah Gampopa Parinibbana, Dusum Khyenpa memberikan penghormatan terakhir kepada gurunya di seluruh peninggalan vihara-vihara Gampopa. Pada suatu hari Dusum Khyenpa memperoleh penglihatan gaib, gurunya (Gampopa) terlihat di langit dan menyuruhnya segera kembali ke Kampo Kangra. Ditempat ini Dusum Khyenpa intensif melatih meditasi Mahamudra sampai mencapai pencerahan sempurna pada umur 50 tahun.
Para Dakini berbahagia atas pencerahan Dusum Khyenpa, dan mempersembahkan sebuah Mahkota Vajra Hitam yang terbuat dari rajutan rambut 100 ribu Dakini dan meberikan gelar Gyalwa Karmapa untuk menghormatinya sebagai guru besar yang maha tahu tentang masa lalu, masa sekarang dan masa depan, juga sebagai pelaksana ajaran Buddha yang sangat luas. Mahkota Vajra Hitam yang dipersembahkan oleh para Dakini, menjadi symbol dari aktivitas Dharma Karmapa. Mahkota ini hanya dapat dilihat oleh orang yang memiliki pengabdian, kesetiaan, devosi kepada Karmapa dan realisasi yang tinggi.
Dusum Khyenpa Parinibanna pada umur 84 tahun, dari tubuhnya yang di kremasi menghasilkan beberapa relic tulang bergambar para makhluk suci dan huruf suci ‘Om Ah Hung’, relic lidah dan jantungnya di dapati utuh seperti tidak terbakar. Jantung yang utuh ini melambangkan hatinya yang Welas Asih, sedangkan lidahnya yang utuh melambangkan Ucapan beliau adalah Dharma.
Beliau juga telah mewariskan garis silsilah yang maha agung kepada murid-muridnya yakni garis silsilah Karma Kagyud, dan memprediksikan inkarnasinya yang berikut kepada murid utamanya Drogon Rechen (pendiri garis tulku dari Yang Agung Tai Situ Rinpoche). Murid lainnya adalah Taglugpa (pendiri silsilah Talung Kagyu), Tsangpa Gyarey (pendiri silsilah Drugpa Kagyu) dan Kadampa Desheg (pendiri silsilah Kathok Nyingma). Beliau memprediksikan inkarnasinya akan muncul di daerah dekat sungai Drichu.